HALUANNTT.COM – Mata Kaka Yulita Tebai dan Paulina Adii berkaca-kaca menahan haru. Kedua perempuan asal Suku Mee ini tak menyangka, seorang presiden bisa menepi di pinggir jalan, turun menemui mereka dan membeli noken jualannya.
Sambil tangannya aktif merajut noken, Yulita mengisahkan momen berharga yang dilewatinya pada Jumat petang, 1 Oktober 2021 kepada media yang menemuinya di Panti Asuhan Putri Kerahamin, Hawai, Sentani.
“Awalnya kaka tra tahu, kalau yang turun itu Bapa Presiden. Pas dekat baru sa sadar, kalau benar itu Bapa Presiden Jokowi. Beliau langsung datang ke kami, senyum ke kami semua di situ dan tanya harga noken yang kami jual,” tutur Yulita.
“Ada berapa noken yang dibeli Bapak Presiden?”
“Presiden beli empat noken, dua saya punya, dua kaka Paulina punya. Kami dikasih masing-masing satu juta,” lanjut Yulita.
“Terima kasih Bapa Presiden, kami sangat senang bapa bisa singgah beli noken kami Hari-hari itu kami gantung noken, tidak ada mobil yang berhenti tanya-tanya, tapi hari ini bapa bisa lihat kami,” timpal Paulina Adii.
Momen langka yang berlangsung sekitar 15 menit ini menjadi viral di jagat maya, baik video, foto, dan berita yang dibagi di berbagai media sosial. Tetapi tak banyak yang tahu, tepat di bawah tempat jualan Kaka Yulita Tebay dan Paulina Adii, ada papan nama besar bertuliskan Panti Asuhan Putri Kerahiman Hawai. Letak panti itu sekitar 83 meter dari mata jalan raya. Dari sanalah noken itu dirajut.
Matahari hampir tenggelam, ketika rombongan Presiden Jokowi mendarat di Bandara Udara Theys Eluay Sentani pada Pkl. 16.15. Usai seremoni penyambutan, presiden dan rombongan langsung bergerak menuju tempat penginapannya di Suni Hotel, Sentani. Sesuai agenda, presiden tiba sehari lebih awal di Jayapura untuk beristirahat, sebelum membuka secara resmi Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua pada 2 Oktober 2021 Pkl 19.00 malam ini.
Rupanya sejak dari Jakarta, Presiden sudah membaca dari media sosial facebook soal Kaka Yulita dan Paulina, yang dikirim oleh orang-orang dekatnya ke gadget pribadinya. Adalah Direktur Eksekutif Yayasan Putri Kerahiman Papua (Yapukepa), Flory Koban, yang menulis pesan di dinding facebook-nya pada 22 September 2021. Pesan itu sempat viral dan dibagi ulang oleh 500 akun hingga sampailah ke tangan Presiden.
“Om sopir mobil PON yang keluar dari Bandara Sentani menuju Kota Jayapura, kalo lewat depan Hawai Sentani, jangan terlalu balap ehh. Di sebelah kiri jalan ada Kaka Yulita dan Paulina dong dua jual noken pas di mata jalan masuk Panti Asuhan Putri Kerahiman Hawai. Noken itu langsung dari dong dua punya anyaman tangan sendiri tanpa perantara. Dong dua itu adalah teman kerja saya, mereka rawat kehidupan anak-anak panti asuhan tiap hari dengan baik, juga terbaca melalui anyaman noken mereka,” demikian penggalan awal goresan Flory di dinding facebook-nya.
Presiden Jokowi tergugah. Maka petang itu, sang kepala negara turun menemui Kaka Yulita dan Paulina yang sedang berdiri menjajakan noken jualnya, tepat di bawah papan nama Panti Asuhan Putri Kerahiman Hawai tertancap berdiri. Ikut bersama Yulita dan Paulina di lokasi itu, Flory Koban, biarawati, dan belasan anak panti asuhan. Mereka disapa dan diberi senyum khas oleh presiden yang datang menghampiri mereka di sisi kiri jalan itu.
“Tas apa ini?” tanya Presiden saat menghampiri Paulina Adii sambil tersenyum.
“Ini tas terbuat dari kulit kayu, Bapak,” ujar Paulina.
Setelah melihat-lihat dan memilih, Presiden kemudian memutuskan untuk membeli empat noken. Ada yang dari rajutan kulit kayu, dua dari sulaman benang. Diambilnya uang dua juta dan diserahkan kepada Kaka Yulita dan Paulina masing-masing sejuta, dan melanjutkan perjalanan ke Hotel Suni.
Direktur Eksekutif Yapukepa, Flory Koban bersyukur, tulisan sederhana di facebook-nya dua pekan lalu, bisa menggugah seorang kepala negara untuk singgah di lapak jualan Kaka Yulita dan Paulina.
Ditemui media ini di Panti Asuhan Kerahiman Hawai, Flory mengaku sehari sebelum Presiden tiba, tepatnya Kamis, 30 Oktober 2021, memang ada salah seorang staf dari istana presiden bernama Pak Made, menemui dirinya dan dua suster pengasuh panti yakni Sr. Alexia, DSY dan Sr Fidelia, DSY.
“Tapi Pak Made tidak singgung soal Presiden mau datang esoknya. Jadi ini benar-benar surprise. Puji Tuhan, anak-anak panti asuhan juga mendapat bantuan presiden, ” tutur Flory.
Usai berlalunya Jokowi di petang itu menuju penginapannya, bantuan benar-benar datang ke panti asuhan. Sebanyak 100 paket sembako berisi beras, gula, minyak goreng dan sebagainya, serta 65 paket perlengkapan sekolah berupa buku, pena dan tas, diserahkan Pak Made dan timnya.
Rajutan Noken dan Cinta Untuk Anak Yatim Piatu
Flory mengisahkan, Yapukepa adalah yayasan kemanusiaan Katolik yang menaungi tiga panti asuhan di Sentani yakni Panti Asuhan Putri Kerahamian Hawai Sentani Kota (62 anak), St. Egidius Polomo Sentani (39 anak), dan Wisma Senja di Pasar Lama Sentani yang sedang menampung 6 anak berkebutuhan khusus.
Sejarah berdirinya yayasan ini dimulai dari bencana kelaparan dan muntaber yang menimpa masyarakat di kawasan Danau Sentani pada tahun 1990. Adalah seorang misionaris asal Belgia, Sr. Mariechen Warson, DSY, yang memelopori aksi kemanusiaan dengan menolong 10 anak yatim piatu korban bencana itu. Menampung dan merawat mereka.
Kabar ini terdengar ke telinga banyak orang dan mulailah Sr. Warson menyewa gubuk di daerah Hawai, Sentani. Dalam perjalanan waktu, berkat dukungan banyak umat Katolik dari Paroki Argapura dan dorongan Pastor Nico Syukur Dister OFM, tahun 1992 berdirilah Yayasan Putri Kerahiman dan membangun panti asuhan di lokasi itu.
“Jadi Kaka Yulita dan Paulina ini adalah orang pertama yang kerja dengan Sr Warson di awal berdirinya panti. Secara aturan Disnaker, mereka harusnya sudah pensiun, tapi kami tak punya uang pesangon bayar mereka. Mereka dua belum nikah. Tidak punya rumah,” jelas Flory.
Maka sejak dipercayakan mengurus Yapukepa, Flory memberi kesempatan kepada Kaka Yulita dan Paulina untukn tetap tinggal dan bekerja di Panti Asuhan Putri Kerahiman. Memasak, menyapu dan mencuci dengan gaji seadanya. Panti asuhan adalah rumah mereka.
“Ketika tugas sudah selesai, mereka dua isi waktu dengan anyam noken. Bagus-bagus hasilnya. Ada yang dari kulit kayu, ada yang dari benang. Bagus-bagus hasilnya.D Dijual rata-rata Rp 150 ribu-500 ribu per noken. Makanya kesempatan PON ini saya inisiatif tulis di facebook itu,” tutur Flory.
Menurut Flory, kerja sosial mengurus anak-anak yatim piatu sangatlah mengasyikan, walau bukan perkara mudah. Untuk Panti Asuhan Putri Kerahiman dengan 62 anak dan 11 karyawan, sebulan yayasan membutuhkan pengeluaran rata-rata di atas Rp 50 an juta per bulan. Itu untuk makan minum, gaji, operasional, dan perlengkapan sekolah anak-anak. Tetapi ia bersyukur, selalu saja ada donatur yang tergerak hatinya untuk menolong mereka.
Ia menuturkan, anak-anak penghuni panti asuhan berasal dari berbagai daerah di Papua. Mereka masuk atas rekomendasi para pastor atau umat yang bertugas di pedalaman. Tak hanya yatim piatu, ada juga juga berasal dari keluarga broken home dan yang tak mampu secara ekonomi.
“Dari 62 anak yatim piatu yang kami tampung di Panti Asuhan Putri Kerahiman, usianya rata-rata 4-16 tahun, dimana terbanyak perempuan ada 57 orang perempuan, sisanya laki-laki. Mereka butuf figur ayah, makanya saya tinggal di dalam sini, walaupun saya ada rumah pribadi,” ujarnya
Flory yang lahir besar di Tiom, Lanny Jaya ini juga mengaku, saat ini pihaknya sangat membutuhkan bantuan kendaraan operasional untuk transportasi anak-anak panti asuhan. Rata-rata anak-anak bersekolah di TK Nina, SD Negeri Sentani SMP 5 Sentani, SMP 6 Sentani, SMP YPPK Bonaventura Senyani, SMA YPPK Asisi Sentani, dan SMK St Yosep Nazaret. Selain itu, beberapa gedung seperti aula tempat bermain dan ruangan tidur anak-anak, saat ini bocor dan butuh perbaikan.
“Kami dapat bantuan bus mini kapasitas 16 orang dari Keuskupan Jakarta, tapi sejak 2000 jadi usianya sudah tua. Sering rusak dan masuk bengkel bisa jutaan bayarnya. Semoga ada hati yang terbuka dan dan tangan yang ringan untuk membantu kami, baik itu pemerintah, swasta maupun pribadi,” harap Flory.
Flory terenyuh ketika pada 30 September 2021 malam, anak-anak panti asuhan melihat langit di Sentani tampak bercahaya. Panitia melakukan test lighting Stadion Lukas Enembe, tempat berlangsungnya pembukaan PON XX. Anak-anak bersuka cita luar biasa malam itu. Walau tak paham, apa dampak PON bagi nasib mereka ke depan.
“Selama ini kami tidak rasakan euforia PON. Kami hanya dengar tandanya bahwa bunyi sirene pengawalan atlit dan orang orang besar lewat di jalan, itu saja. Kami hanya orang kecil yang tinggal di kota besar. Tetapi berkat rajutan noken Kaka Yulita dan Paulina, Presiden bisa membantu anak-anak di panti asuhan ini. Ini rajutan cinta yang tak akan mereka lupa dan jadi penyemangat bagi mereka merajut cita-cita. Sekali lagi terima kasih Bapak Presiden,” tutup Flory. (*)