Mengenang “Anggur Merah” dalam Sebotol Wine

Frans dimata Viktor adalah tokoh yang sangat sederhana, tokoh yang rendah hati dan tokoh yang tidak mau menonjolkan kelebihannya, meski kini Beliau telah pergi meninggalkan kita, jasa baiknya akan selalu kita kenang.

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laskodat/Foto: Koran NTT

KUPANG, HN – Malam itu langit cerah. Ratusan orang datang memenuhi Gereja Katolik Santa Maria Assumpta Kupang, mengenang 100 hari berpulangnya mantan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya.

Lelaki penyabar yang terkenal dengan program anggur merahnya itu hari ini, Senin 4 April 2022 telah genap 100 hari meninggal dunia.

Ratusan tamu undangan datang menghadiri perayaan Misa Requiem yang dipimpin oleh Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr.

Misa berlangsung hikmat, mengupas memori sosok sederhana, putra kelahiran Wato’one, Witihama-Adonara, yang telah pergi meninggalkan Lusia Adinda dan putrinya dalam kesedihan.

Selesai perayaan Ekaristi Requiem, semua hadirin diarahkan menuju Aula Gereja Katolik Sta. Maria Assumpta untuk ramah tamah, sambil mendengar testimoni dan menyaksikan kisah hidup Frans Lebu Raya dalam video dokumenter tokoh GMNI cabang Kupang itu.

Kisah itu dimulai bertahun-tahun yang lalu, kala almarhum Frans masih menjadi nahkoda Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Kala itu ia masih menggunakan motor buntutnya dari kediamannya di Oebobo untuk kemana-mana, sebelum menjadi orang nomor satu yang memenangkan kontestasi pemilihan Gubernur NTT dua kali sebagai gubernur dan sekali sebagai wakil gubernur.

BACA JUGA:  Empat DPC Hadiri Pendaftaran Emi Nomleni, Mado Watun: Itu Bagian dari Representasi Dukungan

“Orang tidak tahu seberapa dekat saya dengan almarhum Frans,” lalu diam menaungi ruang.

Hening mendengar teliti suara testimoni tentang sosok sederhana pada diri sang pahlawan yang dikisahkan oleh Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat.

“Orang-orang hanya tahu Frans adalah lawan politik saya. Saya tidak dekat dengan beliau,” pungkasnya dari mimbar di atas panggung Mengenang 100 Hari Berpulangnya Drs. Frans Lebu Raya.

Tubuhnya yang tegak, suaranya yang lantang, tatapan matanya yang tajam, wajahnya yang garang, mulai berkisah tentang lawan politiknya itu.

Dalam suatu kesempatan ketika bersama di Hotel Borobudur, Viktor Laiskodat melihat sosok Frans adalah pria yang sangat tenang, lembut dan bijaksana.

“Ini sangat berbeda dengan saya. Beliau sangat sabar. Beliau lebih banyak memilih mengelus-elus tangan ketimbang menghujam pelungku. Frans adalah tokoh yang marah tetapi tidak terlihat, berbeda dengan saya yang sebelum marah pun sudah terlihat,” kenang Viktor.

BACA JUGA:  Kolaborasi Dekranasda NTT dan Dapur Kelor Indonesia Hadirkan Brand Haydrink

Kedekatannya dengan Frans lebih dari sekedar teman. Frans baginya adalah sahabat. Setiap kali botol wine almarhum sudah tidak terisi penuh, Frans selalu menghubunginya. Saya pun mengirim wine-wine yang baru untuknya. Orang tidak tahu tentang ini.

Viktor Laiskodat bercerita bahwa Frans adalah gurunya semasa SMP. Ketika masuk Sekolah Menengah Atas, Frans juga menjadi gurunya. Bahkan Frans adalah guru yang idolakan, karena pembawaannya yang santai.

“Saya ingin berkisah tentang Frans, bahwa saya sangat dekat dengan Beliau. Tetapi tidak semua saya ingin katakan malam ini, saya simpan untuk dikisahkan pada lain kesempatan. Saya sebagai Gubernur NTT sangat menyesal keluarga menolak untuk dikebumikan di Taman Makam Pahlawan, tetapi sebagai seorang sahabat saya protes tetapi menerimanya,” tambah Viktor Laiskodat.

BACA JUGA:  Jelang Pencoblosan, Bawaslu Pastikan Pengawasan Ketat di TPS Dekat Posko Tim Pemenangan

Frans dimata Viktor adalah tokoh yang sangat sederhana, tokoh yang rendah hati dan tokoh yang tidak mau menonjolkan kelebihannya, meski kini Beliau telah pergi meninggalkan kita, jasa baiknya akan selalu kita kenang.

Pernah di sebuah hotel, saya sudah menghabiskan setengah botol wine. Beliau datang bersama Nelson Matara, bertemu dengan saya. Saya meminta beliau untuk menyuruh Pak Nelson Matara pergi karena saya hanya ingin berbicara dengan Beliau tetapi dengan tenang beliau katakan pada saya itu sekretaris saya Nelson Batara.

Banyak orang tidak tahu bahwa saya sangat dekat dengan Frans Lebu Raya. Ketika di periode pertama, kala itu Sumba Timur dikuasai Golkar, Saya perintahkan Bupati Sumba Timur untuk mengerahkan dukungan untuknya, dan alhasil Pak Frans menang di Sumba Timur.

Pada kesempatan itu juga, Viktor Laiskodat membuka pintu sebesar-besarnya untuk keluarga almarhum Drs. Frans Lebu raya, bahwa apabila membutuhkan bantuan dari Pemprov, Viktor siap membantu.***

error: Content is protected !!