KUPANG, HN – Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) MOMENTUM akan melakukan investasi untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir di sejumlah fasilitas kesehatan di NTT.
Langkah itu dilakukan untuk merespon kematian yang sering terjadi bagi ibu dan bayi yang tidak dapat dicegah. Peristiwa itu sangat mencerminkan kesenjangan yang signifikan dalam sistem pelayanan kesehatan di sejumlah fasilitas kesehatan (Fakses).
USAID juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang kuat diantara para pemangku kepentingan, untuk melaksanakan berbagai program atau kegiatan penurunan angka kematian ibu dan bayi di NTT.
Perwakilan Program MOMENTUM USAID, Joko Sutikno, mengatakan, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi, tahun ini pihaknya akan memperkuat pelayanan kesehatan di sejumlah Rumah Sakit di Provinsi NTT.
“Jadi tahun ini kami akan perkuat lagi pelayanan di RS TC Hilers, RS Umbu Rarameha dan RS Yohanes Kupang, sehingga mereka bisa menjadi mentor bagi RS lain di NTT,” ujar Sutikno kepada wartawan di Hotel Aston Kupang, Jumat 22 April 2022.
“Kita akan kembangkan dan meningkatkan kualitas pelayanan, sehingga mereka bisa menularkan ke Rumah Sakit lain di NTT, sehingga kedepan mereka bisa membantu meningkatkan kualitas pelayanan di RS lainnya,” jelas Sutikno menambahkan.
Menurutnya, peningkatan kualitas pelayanan yang dilakukan USAID diharapkan mampu melayani semua ibu hamil yang hendak melahirkan, dengan pelayanan yang baik dan bermutu.
“Kita harap setiap ibu hamil yang datang itu harus dilayani dan ditolong dengan pelayanan standar dan bermutu, agar tidak terjadi peningkatan kematian bagi ibu dan bayi,” ungkapnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Meserasi Atupah, pada kesempatan yang sama mengatakan, angka kematian ibu dan bayi di NTT masih tergolong tinggi, jika dibandingkan secara nasional.
Menurut Mese, angka kematian ibu dan bayi harus dilakukan dan dievaluasi secara baik, untuk mendapatkan angka yang real atau nyata, sehingga tidak terjadi kebingungan saat mengambil keputusan.
“Jadi laporan harus dievaluasi secara rutin, untuk mengetahui penyebab kematian ibu maupun bayi yang ada di NTT. Ini yang harus kita gali untuk mengetahui semuanya. Agar angka itu bisa menjadi bahan pertimbangan,” terang Mese.
Ia menjelaskan, masalah itu harus didiskusikan bersama pihak terkait lainnya, sehingga angka kematian ibu dan bayi tidak hanya sekedar diasumsi. Agar, angka yang dikeluarkan bisa menjadi sebuah pijakan dalam mengambil tindakan.
“Karena kalau data tidak sesuai, tentu kita juga akan sangat kesulitan dalam mengeluarlan satu tindakan. Jadi mari kita sama sama berjuang untuk menekan angka kematian ibu dan anak di NTT,” ungkap Mese.
Sementara Staf Khusus (Stafsus) Gubernur NTT, Stefanus Bria, menjelaskan, refolusi kesehatan perlu dilakukan, agar dapat menekan angka kematian ibu dan bayi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Jadi harus dilakukan dengan upaya dengan cara yang luar biasa dan sungguh-sungguh, agar kematian ibu dan bayi di NTT dapat ditekan. Itu sebagai bentuk penghargaan kepada para ibu yang kodratnya memang untuk melahirkan,” jelas Stefanus.
Ia menjelaskan, untuk keselamatan ibu dan bayi, maka fasilitas kesehatan di Rumah Sakit (RS) juga perlu ditingkatkan. Seperti menyiapkan dokter spesialis, tenaga kesehatan yang selalalu ready untuk melayani.
“Jadi harus ada fakses yang memadai, ada bidan, dokter, dab tenaga kesehatan yang selalu siap melayani 24 jam,” tandasnya.***