WAINGAPU, HN – Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat memimpin langsung Rapat Kerja (Raker) Penurunan Stunting, di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin 4 Juli 2022.
Rapat yang berlangsung di Kambaniru Hotel Waingapu itu dihadiri oleh para bupati se-NTT, dalam rangka mengevaluasi upaya percepatan penurunan stunting di semua Kabupaten/Kota di Provinsi NTT.
Selain upaya penurunan stunting, Raker itu juga membahas upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi di seluruh Kabupaten/Kota se-NTT.
Gubernur VBL, pada kesempatan yang sama meluncurkan Road Map dan rencana aksi penurunan stunting, kematian ibu dan bayi, serta program kakak angkat yang merupakan pembelajaran dari Kabupaten Rote Ndao.
Sejak bulan Agustus 2019 hingga Februari 2022, trend prevalensi stunting di NTT terus mengalami penurunan positif. Sementara periode Agustus 2020-Agustus 2021 mengalami penurunan sebesar 3,1 persen.
Sedangkan periode bulan Februari 2021 hingga Februari 2022 stunting di NTT mengalami penurunan sebesar 1,4 persen, dengan prevalensi stuntinh menjadi 22 persen.
Berdasarkan pres release yang diterima HALUANNTT.com dari Pokja Percepatan Penurunan Stunting, AKI dan AKB NTT, menyebut fasilitasi RKPD Tahun 2023, Kabupaten/Kota menyepakati target penurunan stunting rata-tara 10 persen.
Dimana dua kabupaten menargetkan angka dibawah 10 persen, yakni Kabupaten Ngada 9,78 persen, dan Kabupaten Manggarai Timur 7,5 persen. Bahkan, Kabupaten Sikka targetkan stunting 0 persen.
Data evaluasi operasi timbang bulan Februari tahun 2022 dari 22 Kabupaten Kota masih terdapat 2 kabupaten dengan prosentase stunting 30 persen. Yakni Kabupaten Sumba Barat Daya dan TTU.
Selain itu, terdapat 10 Kabupaten/Kota dengan prosentase stunting 20-23 persen, yaitu Kabupaten TTS, Rote Ndao, Kota Kupang, Sabu Raijua, Kab.Kupang, Sumba Barat, Lembata, Sumba Timur, Flores Timur dan Manggarai.
Sedangkan 10 kabupaten dengan prosentase stunting 20 persen, yaitu Kabupaten Malaka, Sikka, Manggarai Barat, Belu, Alor, Ende, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo dan Sumba Tengah.
Provinsi NTT juga saat ini sedang berupaya maksimal untuk menurunkan kasus kematian Ibu dan bayi, data tahun 2021 menunjukan terdapat 181 kematian ibu dan 955 kematian bayi.
Data terbaru per juni 2022 terdapat 63 kematian ibu dan 426 kematian bayi dengan jumlah Ibu Hamil 40.783 ibu dan Ibu bersalin sebanyak 37.480 ibu Kabupaten dengan jumlah kematian ibu tertinggi yang muncul dalam 5 tahun terakhir.
“Timor Tengah Selatan, Kupang, Manggarai Timur, Manggarai, Sumba Barat Daya dan Sumba Timur. Sedangkan Kabupaten dengan jumlah kematian bayi tertinggi (selalu muncul dalam 5 tahun terakhir): Timor Tengah Selatan, Manggarai, Manggarai Barat, Kupang, Sikka, Sumba Barat Daya, Sumba Timur, Timor Tengah Utara,” demikian bunyi siaran pers yang diterima media ini.
Roadmap dan Rencana Aksi Daerah disusun atas kerjasama Pemerintah Daerah Provinsi NTT melalui Pokja Percepatan Penurunan Stunting, AKI dan AKB dengan dukungan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) melalui program USAID MOMENTUM dan mitra pembangunan lainnya.
Menekankan kerjasama multi sektor dan multi pihak secara intensif, Roadmap dan Rencana Aksi Daerah ini merupakan panduan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi NTT dalam merancang kegiatan strategis serta anggaran yang diperlukan dalam upaya penurunan prevalensi stunting serta kematian ibu dan bayi baru lahir di tahun 2023 di NTT sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTT tahun 2018 – 2023.
Sedangkan program kakak angkat merupakan replikasi dari praktik baik yang telah dilakukan di Kabupaten Rote. Pemerintah Provinsi bersama Pokja Penurunan Stuning, Kematian Ibu dan Bayi mengadopsi praktik baik ini untuk dilakukan disemua kabupaten kota di NTT.***