KUPANG, HN – Mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, belajar teknik wawancara dan menulis berita menggunakan bahasa jurnalistik yang baik dan benar bersama jurnalis Tempo.
Narasumber yang direkomendasikan Prodi Ilmu Komunikasi Undana Kupang adalah Yohanes Seo, salah satu “kuli tinta” senior NTT, yang juga merupakan jurnalis media nasional Tempo.
Para mahasiswa yang terdiri dari dua kelompok ini menemui Yohanes Seo di Caffe of The Record, yang merupakan markas para jurnalis desk Provinsi NTT.
Kedatangan para mahasiswa bertujuan menjalankan tugas kampus, sekaligus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka seputar dunia jurnalistik, khususnya media online.
Tips yang diajarkan kepada para mahasiswa adalah terkait teknik wawancara dan menentukan angel atau fokus penulisan, yang merupakan petikan kalimat kunci dalam penulisan sebuah berita.
“Tadi kami berbincang banyak hal tentang dunia jurnalistik, terutama tentang Style Book, teknik menulis berita, dan cara penulisan berita di media,” ujar Yohanes Seo kepada wartawan, Selasa 6 September 2022.
Menurut Jhon Seo, bahasa jurnalistik memiliki karakteristik dan kekhasan tersendiri dengan langgam bahasa lain, meski sama-sama mengikuti kaidah bahasa seperti Ejaan Yang Disempurnakan atau EYD.
“Jadi saya hanya menjelaskan soal teknik penulisan berita itu lebih kepada bahasa indonesianya, subjek, predikat, objek dan keterangan (SPOK), 5W+1H, serta EYD yang dipakai,” jelasnya.
Ia menerangkan, kehadiran para mahasiswa dengan membawa Style Book atau pedoman tata cara penulisan di sebuah media merupakan hal bagus, mengingat banyak penulisan di media online baru, belum terstruktur dengan baik.
“Karena kita melihat selama ini, khususnya di media online baru, itu tata bahasa EYD dan SPOK nya masih kurang terstruktur,” ungkapnya.
“Sehingga kadang menghilangkan arti atau makna dari berita itu sendiri, dan akan sangat berdampak pada pemahaman masyarakat yang keliru,” jelasnya menambahkan.
Dengan demikian, ia berharap dunia jurnalistik kedepan harus jauh lebih bagus, terutama dalam struktur penulisan, untuk menghasilkan satu karya atau produk jurnalistik yang bagus.
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Undana Kupang, Cardan Amheka menjelaskan, mereka diberikan tugas mewawancarai jurnalis untuk mengetahui Style Book yang digunakan dalam penulisan berita.
“Jadi kami wawancarai wartawan untuk mengetahui Style Book, dan juga ketentuan jurnalistik apa saja yang menjadi kendala dalam suatu media online di Kota Kupang,” jelasnya.
Menurut Cardan, perkembangan media online di NTT, khususnya Kota Kupang sudah sangat luas, dan memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi melalui jaringan internet.
“Sudah sangat banyak konvergensi media. Sekaramg bukan hanya di koran atau tv lagi. Tetapi media online itu sangat banyak, dan style britanya itu sangat bervariatif,” terangnya.
Sebagai generasi penerus, kata dia, mereka berharap bisa lebih paham dan sadar, terkait pentingnya bahasa jurnalistik dalam penulisan sebuah berita.
“Itu merupakan bagian yang sangat penting. Jika bahasa jurnalistiknya kacau, masyarakat bisa ambigu dan tidak paham dengan informasi yang disampaikan,” pungkas Cardan.
Senada, Imel Vega Putri mengatakan, mereka ditugaskan oleh kampus untuk belajar bagaimana cara penggunaan bahasa jurnalistik yang baik dan benar dalam penulisan berita.
“Ini sebenarnya bagian dari tugas kampus, khususnya mata kuliah bahasa jurnalistik. Kami ingin belajar bagaimana cara penggunaan bahasa jurnalistik yang benar, dan kendala apa yang sering dialami dalam penggunaan bahasa jurnalistik,” jelas Imel.
Menurut Imel, media berbasis digital di Kota Kupang saat ini sudah menjamur sangat cepat dan banyak, jika dibandingkan dengan jaman dahulu, sebelum adanya internet dan media siber.
“Dulu mungkin hanya media elektronik dan media cetak seperti koran. Tetapi dengan adanya media siber, kita sudah bisa mengakses informasi dengan baik melalui android,” ungkapnya.
Meski demikian, kata Imel, para pembaca harus waspada, karena dengan menjamurnya media online tidak menutup kemungkinan banyak informasi hoax yang disebarluaskan.
“Karena kalau hanya media siber abal-abal dan kredibilitasnya masih dipertanyakan, itu sangat rentan dengan berita bohong atau hoax,” jelasnya.
Sehingga, ia menyarankan semua pembaca untuk menyaring kembali semua informasi yang telah diakses.
“Artinya jangan hanya melihat di satu media saja. Harus dikroscek ke media lain sebagai pembanding,” tandasnya.***