KUPANG, HN – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Cipayung Kota Kupang, menggelar aksi demo untuk menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Kamis 15 September 2022.
Sasaran yang dituju para mahasiswa adalah Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Setelah melakukan orasi di depan gedung DPRD NTT, perwakilan mahasiswa dari masing-masing organisasi kemudian diterima oleh Komisi III DPRD NTT untuk beraudiens.
Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Kupang, Christin Banase, menyoroti oknum anggota polisi yang diduga terlibat dalam praktek mafia BBM di Kabupaten Sabu Raijua.
Menurut Christin, Kabupaten Sabu Raijua dan Lembata merupakan daerah yang terlebih dahulu merasakan dampak kenaikan BBM, sebelum harganya benar-benar diterapkan oleh pemerintah.
“Menjadi sorotan saya, bagaimana oknum polisi berinisal APH yang hari diduga telah melakukan penyelewengan atau hal hal yang tidak kita inginkan berasama,” ujar Christin.
Ia meminta kepada anggota DPRD NTT yang berasal dari Kabupaten Sabu Raijua maupun Lembata, untuk memperhatikan daerahnya masing-masing.
“Hormat saya kepada DPRD dari Sabu Raijua dan Lembata, karena sebelum harga BBM naik, Sabu dan Lembata sudah menderita dan merasakan kenaikan BBM lebih dulu,” tegasnya.
Kenaikan BBM, kata dia, sangat berdampak bagi seluruh masyarakat NTT, karena ekonomi masyarakat saat ini belum seratus persen pulih, pasca pandemi Covid-19.
“Dan hari ini kita dihadapkan dengan kenaikan harga BBM yang sangat mencekik leher masyarakat,” jelas Christin Banase.
Pemerintah saat ini terus berdalih dengan segala bentuk argumentasi, bahwa Indonesia termasuk dalam tiga negara yang memiliki harga BBM yang murah.
“Tetapi masuk dalam 10 besar saja tidak. Jadi itu merupakan cara pemerintah untuk memenangkan hati masyarakat dengan dalih yang tidak sesuai dengan kenyataan,” tandasnya.***