KUPANG, HN – Mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, menggelar pementasan teater, di Aula Immaculata, Sabtu 17 September 2022 malam.
Pementasan teater ini merupakan bentuk antusias dari para mahasiswa dan dosen, dalam rangka menyambut Panca Windu Unwira Kupang pada 24 September 2022 mendatang.
Teater ini disutradarai Pater Oceph Riang, SVD, sekaligus penulis naskah, yang dibantu Pater Peter Tan, SVD dan Fr. Sarnus, SVD sebagai pembantu sutradara.
Sebagai penulis naskah dan sutradara, Pater Oceph menjelaskan, pementasan teater yang dilakukan adalah untuk mengisahkan perjalanan panjang Unwira Kupang.
“Pementasan ini sebenarnya berbicara tentang kisah, atau perjalanan panjang kehidupan Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang,” ujar Pater Oceph.
Menurut Pater Oceph, Unwira saat ini mengalami begitu banyak kemajuan dan perubahan, baik dari sisi penambahan jumlah mahasiswa, dosen dan pegawai, serta memiliki bangunan yang bagus.
“Tetapi ditengah kemajuan Unwira ini, ada begitu banyak Pekerjaan Rumah atau PR besar yang harus segera diselesaikan,” terang Pater Oceph Riang.
Ia menjelaskan, PR yang harus diselesaikan berupa, di usia kampus yang memasuki 40 tahun, Unwira Kupang belum memiliki Program Studi terakreditasi A, serta dosen bergelar profesor.
“Sampai sekarang kan belum ada Prodi akreditasi A dan dosen bergelar profesor. Jadi teater ini semacam kritikan atau refleksi balik untuk kita, supaya bisa lakukan sesuatu kedepan untuk Unwira ini,” jelasnya.
Pementasan teater, kata Pater Oceph, sebenarnya mewakili juga perasaan para korban, baik mahasiswa, dosen dan pegawai, yang selama ini memang hak-hak mereka tidak terpenuhi secara baik.
“Sehingga kampus ini jangan sampai hanya memiliki nama besar, tetapi bukan menjadi komunitas Unwira sebagai menara ilmu pengetahuan, dan orang bisa menilai kampus ini penuwicara,” ungkapnya.
Pater Oceph menerangkan, di usianya ke-40 tahun, Unwira Kupang harus terus bergerak maju, supaya bisa bersaing di era revolusi industri four point zero (4.0).
“Jadi kita harus berbuat sesuatu, supaya persaingan era revolusi industri 4.0 ini, Unwira juga punya nama. Jangan sampai nama besar kampus ini hanya dikenal di Provinsi NTT saja,” ungkapnya.
“Artinya hanya dikenal di kolam kecil saja. Tetapi di samudra, Unwira tidak ada apa-apanya. Sehingga sampai di skala nasional maupun internasional Unwira tidak ada nama,” jelas Pater Oceph menambahkan.
Ke depan, Pater Oceph berharap agar semua civitas akademika Unwira Kupang harus bersatu padu dan saling merangkul, sehingga Universitas Katolik Widya Mandira Kupang tetap abadi.
“Artinya Unwira ini rumah kita bersama. Jadi apa yang perlu kita buat supaya menjaga rumah ini tidak hanya menjadi house, atau hanya menang di gedung. Tetapi home nya itu yang dibutuhkan. Dan ini menjadi PR besar Unwira di 40 tahun ini,” pungkasnya.
Untuk diketahui, pementasan teater yang dilakukan melibatkan semua Program Studi (Prodi) Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang.
Yang menjadi pemeran dalam pementasan teater adalah, Fr. Riky, Veren Adira, Mikhe, Aldo, Dasry, Nelci, Ratna, Jeni, Sonya, Isna, Ito, Ika, Ime, Deddy, Melly, dan Alfan.
Selain itu ada Afi, Noya, Maya, Bom Bom Gego, Candra Wanda, Jofan Kleden, Sonia Benu, Seli Jarra, Chandra Tafui, Attoz, Exand, Rey, Amma Oi, Festt, Sius, Angel, Osar, Ozhi, Lius, Mario, Rio, Dedy dan San.
Sementara yang bertugas sebagai penata cahaya terdiri dari dua orang, yakni Eker dan Goris Keno. Penata musik, Romy Langu dan Renold. Tata rias ada Oa Wutun dan Egy Banu.***