Unwira Gelar Seminar Menuju Kampus yang Tangguh, Unggul dan Memerdekakan

KUPANG, HN – Ratusan civitas Akademika Universitas Katolik Widya Mandira, yang terdiri dari Dosen, Mahasiswa dan Tenaga Kependidikan, nampak sangat antusias mengikuti seminar sehari yang diselenggarakan oleh  Panitia untuk menyongsong 40 tahun berdirinya Universitas swasta terbaik di Nusa Tenggara Timur ini.

Seminar yang berlangsung sejak pukul 09. Wita, di Aula St. Hendrikus, gedung rektorat lantai 4, kampus baru Unwira Penfui, Selasa 20 September 2022, berlangsung dengan sangat baik.

Seminar ini menghadirkan Prof. Tans felix, M.A., Ph.D sebagai keynote speaker atau pembicara utama. Mengawali sekaligus untuk membuka acara seminar sehari, Rektor Unwira, Pater Dr. Philipus Tule, SVD, mengungkapkan bahwa usia 40 tahun adalah sebuah usia kematangan. Di mana untuk mengukur sebuah kematangan dalam usia tentu saja menggunakan banyak kriteria.

“Tetapi yang paling utama adalah Unwira harus terus sadar untuk bekerja keras dan juga harus berjuang dan berusaha untuk menjadi unggul dan membebaskan dalam arti yang sesungguhnya,” tegas Rektor dua periode Unwira ini.

Menurut pakar Islamologi ini, yang harus unggul itu bukan saja lembaga Unwira tetapi juga seluruh civitas akademikanya. “Semuanya harus tangguh, unggul dan membebaskan. Baik membebaskan secara internal maupun secara eksternal. Artinya membebaskan juga anggota masyarakat yang akan dilayani oleh dosen maupun mahasiswa,” imbuh Pater Philipus.

BACA JUGA:  OPINI: Menakar Presepsi Masyarakat Desa Terhadap Kebijakan Vaksinasi

Sebagai Rektor, Pater Philipus menyampaikan limpah terimakasih kepada Panitia Panca Windu yang telah merancang sebuah seminar  dengan teori-teori akademik yang bisa dipakai memperkuat lembaga, memperkuat civitas akademika Unwira dan memperkuat masyarakat secara umum.

Seminar kemudian dilanjutkan dengan sesi pertama dengan presentasi materi dari Prof. Tans felix, M.A., Ph dengan Tema “On the power of knowing your majoir intelligence, Autosuggestion, total and independent learning”.

Sesi ini berlangsung dengan menarik karena ada sesi tanya jawab. Prof Tan berhasil membangkitkan motivasi para mahasiswa dan dosen untuk mewujudkan Unwira yang tangguh di usia yang ke 40 tahun.

Seminar ini memang bertujuan untuk  mewujudkan Unwira yang tangguh. Menurut penanggungjawab acara Seminar Sehari, Dr. Madar Aleksius, M, Ed, yang adalah juga dosen Prodi Bahasa Inggris Unwira, panitia Panca Windu merancang acara seminar tersebut dalam rangka mewujudkan hal tersebut.

Salah satunya adalah dengan memberi kesempatan kepada para dosen untuk bisa mendesiminasikan karya-karya ilmiah hasil penelitian mereka.

“Seminar ini arahnya seperti yang disampaikan dalam materi pembicara utama  Prof. Felix bahwa, setiap insan civitas akademika Unwira harus terus mengembangkan kemampuan, dan kecerdasan diri untuk kemudian diaplikasikan secara nyata. Semua harus menjadi tangguh. Artinya para mahasiswa harus mencapai keberhasilan dalam belajar, terus mengembangkan diri dan para dosen juga terus meneliti dan mengabdi untuk memajukan lembaga ini,” katanya.

BACA JUGA:  UMKM Binaan Bank NTT Raup Keuntungan Jutaan Rupiah di Ajang Pesparani

Dr. Alex mengharapkan agar ke depan, Unwira terus melakukan pemberdaayaan dosen melalui penelitian dan pengabdian. Di mana, hasilnya harus diseminarkan agar suasana akademik di Unwira terus terjaga. “Artinya jangan  hanya terjadi pada saat panca windu ini,” tegas Dr. Alex Madar.

Seminar berlangsung sangat baik  dan diikuti dengan intens oleh seluruh peserta. Dalam beberapa sesi tanya jawab, para dosen dan mahasiswa nampak terlibat aktif. Seminar untuk menyongsong puncak perayaan Panca Windu Unwira pada 24 September 2022 mendatang ini dibagi menjadi tiga sesi dalam bentuk panel.

Panel 1  oleh P. Ubaldus Djonda, SVD, S.Fil, MA dengan kajian berjudul: “Multilingual Characteristics and Discursive Frames of Touristic Linguistic Landscape of Labuan Bajo, Indonesia.” Kemudian dilanjutkan oleh Eufrasia Lengur, S. Si, M. Si dengan kajian yang tidak kala menariknya yaitu: “Peron Probiotik dalam Pengolahan Pakan Ternak di Propinsi NTT.”

Seminar kemudian dilanjutkan dengan sesi Panel kedua. Yang menghadirkan Dr. Maria Theresia Geme. SH.MH dengan topik kajian: “Membaca karakter hukum pada kearifan lokal dalam rangka penguatan identitas Keberagaman Hukum”. Dan juga oleh P. Dr. David Amfotis, SVD. MA dengan tema:  “The Dialogue between catholic religion and original religion of Biboki (Atoni Pah Meto) Society, through occulturation”.

BACA JUGA:  Kisah 40 Tahun Unwira Kupang dalam Balutan Pentas Teater

Panel 3 menampilkan Hironimus Tangi, S.Pd. M.Pd dengan tema: “Etno-STEM dan implementasinya dalam pembelajaran kurikulum merdeka di Sekolah Menengah,”

Kemudian sesia selanjutnya menampilkan dosen Teknik Unwira, Budhi Benyamin Lily, ST.,MT dengan judul kajian: “Strong architecture as a design concept of the church and its manse after the tropical cyclone seroja disaster in East Nusa Tenggara”.

Mengakhiri seminar, panitia memberi kesempatan kepada P. Dr. Eduardus Dhosi, SVD untuk memberi gambaran tentang penerbitan buku sejarah Unwira yang akan diluncurkan sebagai persembahan bagi usia Unwira yang ke 40 tahun.

Pater Edu memaparkan bahwa buku Unwira akan segera diterbitkan setelah semua dokumen penting tentang sejarah Unwira dideskripsikan dengan baik.

Para peserta Seminar mengaku senang dan bangga karena bisa mendapat ilmu pengetahuan yang datang dari beragam pespektif keilmuan.

Riwati Sonya, mahasiswa semester 5 Program studi Ekonomi pembagunan mengatakan, seminar hari ini sungguh luar biasa. “Ini moment yang sangat keren dan bagus bagi kami. Saya pribadi sangat terkesan dan belajar banyak ilmu pengetahuan dari para Dosen yang tampil hari ini,” katanya. (Gusty Muda, F.A. Teme/Tim).***

error: Content is protected !!