KUPANG, HN – Kekayaan intelektual masyarakat NTT berupa kain tenun dengan corak dan motif yang bervariatif patut dijaga dan dilestarikan sebagai salah satu warisan budaya membanggakan.
Untuk menghadirkan karya-karya unik dengan berbagai motif yang indah tentu membutuhkan waktu dan kealihan khusus dari kaum wanita.
Kain tenun kini sudah menjadi bagian dari komoditi unggulan NTT yang kerap di promosikan dalam berbagai ajang, dengan desain mewah dan moderen, sesuai perkembangan zaman.
Anaristani Buky, salah satu pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Kupang, coba menekuni bisnis sebagai pengrajin tenun sejak tahun 2015 silam.
Usaha Anaristani yang bernama “Ina Sabu” ini berlokasi di Jl. Sukun I, Oepura, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
UMKM “Ina Sabu” merupakan satu dari sekian banyak pelaku UMKM di Kota Kupang, yang turut hadir meramaikan bazar HUT ke-62 Hari Agraria dan Tata Ruang (Hantaru) Nasional, Senin 26 September 2022.
Wanita berparas cantik ini menghadirkan beragam produk lokal unggulan berupa pakian dan aksesoris, dengan motif yang bervariatif, dalam bazar yang digelar di pelataran ATR-BPN NTT.
Menurut Anaristani, ia mulai belajar menenun sejak masih duduk di bangku kelas lima Sekolah Dasar (SD) dari ibunya. Motif yang dipelajari dari ibundanya adalah Sabu Raijua dan Rote Ndao.
“Saya belajar tenun sejak SD dari mama. Tetapi mulai serius untuk tenun itu pada tahun 2004. Dan saya biasa tenun itu hanya motif Sabu dan Rote,” ujar wanita berusia 21 tahun ini.
Ia menjelaskan, produk UMKM “Ina Sabu” awalnya dijual di toko Sinar Baru, yang berlokasi di terminal Kupang, sebelum pindah ke wilayah Oepura, Kota Kupang.
“Jadi jual pertama itu di toko Sinar Baru, terminal Kupang. Produknya dijahit sendiri baru dijual dengan harga yang bervariatif,” ungkapnya.
Meski demikian, kata dia, “Ina Sabu” juga menerima orderan dari para konsumen sesuai keinginan. “Disini ada juga yang pesan sesuai motif dan model yang di inginkan,” terangnya.
Selain jualan secara offline, Anaristani juga memanfaatkan berbagai platform digital seperti Shopee untuk menjual karya yang dihasilkan.
Meski demikian, ia mengakui, jika sejak menjajakan produknya secara online tidak serta-merta mendatangkan hasil yang seperti di inginkan.
“Saya jual di Shopee juga, tetapi tidak terlalu laku. Dari semua tenun, yang paling laris itu motif Timor dan Sumba,” pungkasnya.***