BMKG Sampaikan Analisis Curah Hujan dan HTH di NTT

KUPANG, HN – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan hasil monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) dan analisis curah hujan per bulan September 2022 di Provinsi NTT.

Kepala BMKG NTT, Rahmattulloh Adji, S.P, mengatakan, berdasarkan analisis BMKG dari beberapa dasarian bulan September, sudah terjadi curah hujan dengan kategori rendah, menengah dan tinggi di sejumlah wilayah.

“Seperti di wilayah Flores bagian barat, dan beberapa daerah di Pulau Timor. Itu bahkan sudah mengalami curah hujan dalam kategori menengah,” ujar Adji kepada wartawan, Senin 3 Oktober 2022.

BACA JUGA:  Rencana Semau Gabung Kota Kupang Belum Disetujui DPRD dan Pemkab Kupang

Monitoring BMKG, kata Adji, sebagian wilayah di NTT yang mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH), saat ini sudah terjadi hujan dengan kategori sangat pendek, pendek, dan menengah.

“Sementara HTH yang masih sangat panjang itu hanya di beberapa titik saja. Seperti di Sabu, Rote dan sekitaran Oebelo. Itu masuk kategori cukup panjang, bahkan bisa lebih dari 60 hari,” jelasnya.

Menurut Adji, BMKG memprediksi Provinsi NTT mulai masuk musim penghujan sejak bulan Oktober-September. Sementara khusus untuk wilayah Timor secara umum, akan terjadi pada awal dan akhir bulan November.

BACA JUGA:  Air dan Tanah dari Rahim Flobamorata untuk IKN Nusantara

Selain itu, kata dia, Flores bagian Maumere, Larantuka dan Lewoleba akan memasuki musim hujan pada akhir-akhir bulan November.

“Jadi nanti kita akan terus mengupdate, karena kita memiliki buku analisis curah hujan, sebagai pelengkap dari prediksi perkiraan musim kita di NTT,” pungkasnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Lecky F. Koli, mengimbau kepada seluruh masyarakat petani untuk mengikuti semua informasi cuaca dari BMKG untuk menjadi pegangan.

BACA JUGA:  Ilmu Pengetahuan dan Moralitas Adalah Kunci Pembangunan Masa Depan

Menurut Lecky, disamping menggunakan kearifan lokal yang selama ini dipakai petani, harus juga mengikuti informasi BMKG, untuk menghindari gagal tanam, akibat salah memprediksi curah hujan.

“Sehingga kita sampaikan kepada seluruh masyarakat petani, agar betul-betul bijak melihat fenomena alam saat ini, dengan mengikuti informasi BMKG sebagai referensi utama untuk bisa melakukan penanaman sampai panen, sekaligus menghindari kerugian akibat salah membaca situasi alam,” pungkasnya.***

error: Content is protected !!