Kobus Podcast, Obrolan Santai Seputar Dunia Jurnalistik

Komunikasi Buka Suara (Kobus Podcast) merupakan kreativitas mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (Jikom) Unwira Kupang.

Pimpinan redaksi (Pemred) Koranntt.com, Rafael Bediona (kiri) bersama Fony, host Kobus Podcast (kanan) (Foto: HN)

KUPANG, HN – Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (Jikom) Universitas Katolik Widya Madira (Unwira) Kupang, menggelar Podcast atau obrolan santai seputar dunia jurnalistik, Senin 10 Oktober 2022 siang.

Obrolan santai bernama Kobus Podcats ini berlangsung di studio Jurusan Ilmu Komunikasi Unwira Kupang, dengan menghadirkan Rafael Bediona, selaku Pimpinan Redaksi (Pemred) Korantt.com.

Podcast yang dipandu oleh Fony, merupakan bagian dari tugas mata kuliah jurnalistik, sekaligus sebagai sarana belajar, ruang komunikasi, serta kreativitas mahasiswa dan mahasiswi Unwira Kupang.

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Unwira Kupang bersama Narasumber Rafael Bediona (Foto: HN)

Dalam podcast, Rafael, yang juga salah satu wartawan desk Pemprov NTT ini memberikan sedikit gambaran dan pemahaman seputar kerja wartawan atau “kuli tinta” di lapangan.

BACA JUGA:  Unwira Kupang Jadi Tuan Rumah ASPAC MER Conference 2022

Menurut Rafael, wartawan merupakan pilar ke empat demokrasi, sehingga marwah dari pers harus dijaga secara baik, dengan menjunjung tinggi UU Pers dan kode etik, yang merupakan “kitab suci” dari pekerja media.

“Bagi saya, pers di NTT sudah menjalankan tugasnya dengan baik, dalam rangka memproduksi karya jurnalistik untuk memberikan informasi dan mengedukasi masyarakat,” ujar Rafael Bediona.

Ia menjelaskan, dalam menjalankan tugas sebagai jurnalis, wartawan wajib menjadi garda terdepan untuk menyuarakan, dan memperjuangkan keadilan serta aspirasi masyarakat.

BACA JUGA:  KKN Tematik Unwira Kupang Diharapkan Bantu Optimalkan Peran BumDes

“Jadi kalau menulis berita itu harus dari hati nurani. Selain itu harus menjadi garda terdepan untuk memperjuangkan keadilan dan aspirasi masyarakat,” ungkapnya.

Ia menerangkan, banyak informasi hoaks yang berseliweran di media sosial, yang terkadang membuat oknum wartawan terpengaruh, tanpa melakukan chek and ricek dari kebenaran informasi tersebut.

“Kadang orang terpengaruh dengan informasi itu. Jadi harus chek and ricek, sehingga berita atau informasi yang disajikan itu akurat, dan tidak dibilang bohong atau hoaks,” jelasnya.

Untuk meminimalisir permasalahan itu, Rafael berharap kepada rekan seprofesinya untuk segera mengikuti Ujian Kompetensi Wartawan (UKW), melalui organisasi resmi dewan pers.

“Harapan saya teman-teman lain bisa ikut UKW. Karena dengan begitu, kredibilitasnya sebagai wartawan bisa diuji. Sehingga dapat menulis dengan baik. Jangan sampai orang menilai wartawan tiap hari hanya menulis berita hoaks,” terangnya.

BACA JUGA:  Wisuda 500 Mahasiswa, Rektor Unwira: Pandemi Covid Bukan Halangan untuk Berprestasi

Dengan demikian, ia berharap kepada mahasiswa yang ingin menjadi seorang pewarta, harus memperhatikan kaidah jurnalistik, sehingga karya yang dihasilkan sesuai fakta yang ditemukan.

“Paling utama itu harus menulis berita dengan baik dan benar, sesuai UU Pers. Selain itu, wartawan bukan profesi yang bisa mendatangkan banyak uang,” ungkapnya.

“Menjadi wartawan itu adalah panggilan hidup. Sehingga harus dinikmati. Kalau mau jadi kaya, jangan jadi wartawan,” pungkasnya.***

error: Content is protected !!