KUPANG, HN – Selepas mentari pamit di bahu langit, ruas jalan El Tari Kupang, masih bising dengan suara lalu lalang kendaraan, dan bunyi klakson hingga suara musik mobil angkutan kota (angkot) yang melintasi ruas jalan berada persis di depan Gedung Sasando, Kantor Gubernur NTT.
Di bibir jalan, tampak pedagang kaki lima sedang sibuk mempersiapkan dagangannya. Mereka memanfaatkan trotoar jalan El Tari Kupang untuk mengais rezeki, dengan menjajakan jualan seperti bubur kacang, pisang gepeng, jagung bakar, serta aneka kuliner malam lainnya.
Tampak seorang wanita paru baya tengah menyusun bangku (kursi panjang) untuk menanti para tamu yang hendak menikmati jualannya. Lampu-lampu mulai bergelantungan di setiap tenda milik para pedagang.
“Bubur kacang satu e mama,” ujar pembeli membuka percakapan di sore itu. “Oh ia pak, silahkan duduk,” jawab wanita paru baya itu sambil mempersiapkan kursi untuk si pembeli.
Di usia yang sudah tidak muda, wanita paru baya itu tetap bekerja keras untuk melawan kerasnya hidup di Kota Kupang, Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Ruas jalan El Tari Kupang menjadi salah satu lokasi favorit tongkrongan muda-mudi kala malam tiba.
Lokasi yang berada di tengah kota ini memang jarang terlihat juru parkir atau tukang parkir. Mungkin ini salah satu alasan utama warga atau anak muda suka nongkrong di sepanjang jalan El Tari, karena tak ada yang menagih parkiran, selain suasana Kota Kupang yang begitu indah untuk dinikmati malam hari.
Berkat jualan para pedagang, masyarakat Kota Kupang tidak sulit mencari makanan di malam hari. Aneka menu kuliner malam yang dijajakan pedagang sangat mengguga selera, dengan harga yang bervariatif.
Selain di jalan El Tari Kupang, pelaku usaha kuliner malam ini tersebar di sejumlah wilayah, seperti di Kuanuno. Mereka memanfaatkan emperan toko untuk menjajakan jualan seperti nasi babi (nabas), RW anjing, nasi uduk, telur, ikan goreng, ikan bumbu, nasi ayam, bakso dan nasi goreng.***