Mahasiswa Gelar Aksi Demo, Sebut Pemimpin Jangan Bermental Preman

KUPANG, HN – Puluhan mahasiswa di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menggelar aksi demo di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTT, Jumat 28 Oktober 2022.

Aksi demo mahasiswa menyusul konflik lahan di Besipae, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), yang kembali bergejolak beberapa waktu lalu.

Situasi kian panas, usai Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur membongkar belasan rumah milik warga, diantaranya hunian yang dibangun pemerintah untuk warga Besipae.

Salah satu masa aksi, dalam orasinya menyebut Viktor Bungtilu Laiskodat tidak pantas memimpin Provinsi Nusa Tenggara Timur, karena memiliki tindakan dan berwatak preman.

BACA JUGA:  Imbas Kenaikan BBM, Tarif Angkot di NTT Naik 30 Persen

“Viktor tidak pantas jadi pemimpin. Cocoknya duduk di deker dan pajak orang. Bukan memimpin NTT sebagai gubernur,” ujarnya.

Menurutnya, tindakan premanisme yang dilakukan Pemprov NTT melambangkan ketidaksukaan Gubernur Viktor Laiskodat terhadap masyarakat Besipae.

“Karena dia memperalat preman dan TNI-Polri untuk merampas lahan di Besipae. Tindakan itu sudah terjadi beberapa kali di masa kepemimpinan Viktor Laiskodat,” jelasnya.

DPRD dan Pemprov NTT “Kongkalikong”

BACA JUGA:  Pelantikan Bupati Sabu Raijua dan Lembata Masih Menunggu SK Mendagri

Dalam aksi demo, masa aksi menyebut DPRD dan Pemerintah Provinsi NTT “kongkalikong” dalam kasus yang menimpa masyarakat Besipae beberapa waktu lalu.

Menurut mereka, DPRD NTT harus bersikap tegas dan mengecam tindakan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur terhadap warga Besipae.

“Kami menduga, DPRD satu kaki dan satu suara dengan Pemprov NTT untuk melakukan perampasan lahan di Besipae. Karena DPRD tidak ambil sikap tegas terhadap tindakan yang dilakukan oleh Gubernur Viktor Laiskodat,” ungkap salah satu masa aksi.

BACA JUGA:  Ramos Horta Apresiasi Kemajuan Pariwisata di Labuan Bajo

Emi Nomleni Pencitraan

Salah satu warga Besipae, Nikodemus Manao, menyebut Ketua DPRD NTT, Emilia Julia Nomleni yang juga berasal dari Kabupaten Timor Tengah Selatan masih bungkam terhadap kasus yang menimpa rakyatnya sendiri.

Menurut Niko, Emi Nomleni hanya pencitraan dengan mengenakan busana adat Timor, tetapi tidak memiliki hati untuk membela masyarakat TTS, khususnya Besipae.

“Itu hanya pencitraan saja. Buktinya sekarang dia diam. Nanti baru pergi mengemis minta kami punya suara,” ungkap Nikodemus Manao.***

error: Content is protected !!