Puisi Olga: Jangan Panggil Aku Tiles

Siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri  2 Kupang Timur, Olga  Clara Soares (Foto: Ist)

KUPANG, HN – Siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri  2 Kupang Timur, Olga  Clara Soares menuliskan sebuah puisi yang sangat menyentuh kalbu.

Puisi dengan judul “Jangan Panggil Aku Tiles” ini dibacakan Olga ketika mengikuti Festival Lomba Seni Siswa Nasional di Kecamatan Semau Selatan, Kabupaten Kupang, NTT.

Olga membacakan puisi itu dengan sangat baik khas seorang penyair. Berapa warga yang hadir sempat membagikan momen itu ke media sosialnya.

Menurut Olga, puisi yang ditulis berangkat dari pengalamannya, dimana Ia merasa sedih karena masih dipanggil Tiles (Timor Leste). Padahal dia merupakan warga Indonesia yang sah.

“Sakit hati kaka karena bagi kami tetap Timor Leste walaupun kami sudah lama menetap di Indonesia. Tapi tetap kami di sebut warga yang mengungsi di Indonesia padahal kami juga mau disebut anak Indonesia bukan Timor Leste atau Timor Timur,” ujar Olga.

BACA JUGA:  Kunker di NTT, Presiden Jokowi Resmikan Jalan Labuan Bajo – Golo Mori

Meski Demikian Pengagum Chairil Anwar ini tidak berkecil Hati. Ia Tetap akan terus mencintai Indonesia Tanpa Henti meski sebutan Pengungsi masih kerap terdengar dalam keseharian.

Salah satu Anggota Laskar Muda Indonesia Timur, Gasper Pinto Menanggapi Video Puisi Yang beredar ini. Menurutnya Kami Generasi Muda Sebenarnya Tidak mau lagi di sebut Tiles atau eks tim tim Apalagi Pengungsi Tiles.

“Dikarenakan Yang Kami dari awalnya Adalah 100% WNI (Warga Negara Indonesia) Entah Prosesnya seperti apa Provinsi Timor Timur Merdeka itu urusan Para Pelaku Politik dulu, yang kami ketahui dan semua harus Tahu Kami Lahir Sebagai Warga Indonesia! lantas kenapa bahasa tersebut Disematkan kepada kami?,” ujarnya.

BACA JUGA:  AKBP Vivick Tjangkung Resmi Jabat Sebagai Kapolres Lembata

Ia berharap penyebutan Eks Timor Timur atau Pengungsi atau Tiles tidak lagi ada dalam kehidupan sehari-hari.

“Jadi kami mohon untuk seluruh warga Indonesia bahasa tersebut sebaiknya tidak dipakai untuk kami, kami tidak ingin mengemis kalian menerima kami sebagai bagian dari Indonesia tapi memang kami dari awalnya Warga Negara Indonesia , dengan sebutan anak Indonesia Timur, biarkanlah para pejuang yang menyebut Nama mereka Ex Pejuang Timor Timur,” kata Gasper Pinto.

Jangan Panggil Aku Tiles

Semesta menulis takdirnya Tanpa Kompromi.

Mengagetkan Mimpi yang Harmoni.

Lalu terdengar Teriakan Jajak Pendapat Yang Sekarat.

Aku Nelangsa Menemui Hidup Yang Miris.

Padat, Sarat dan Melarat.

Kami Tentu Tak Tinggal Menetap.

BACA JUGA:  Peserta Pemilihan Nyong dan Nona Alor Sebut Stunting Adalah Destinasi Wisata

Kami Warga Baru Yang Akrab Dengan Stigma.

Manusia Kasar, Beringas, Penuh Amarah dan Kasar.

Kami Bersama Tapi Terbeda Oleh Perbedaan.

Kami Tiles dan Mereka Lokal.

Padahal Demi Cinta Kami Pada Negara Indonesia.

Membuat Kami Rela Menikmati Camp Camp Pengungsian.

Lantai-Lantai Rumah Kami Beralas Tanah.

Bahkan Tak Jarang Kami Menatap Langit Dari Atap Rumah Kami.

24 Tahun Kami Berlalu Kami Tetap Dianggap Tiles. 

24 Tahun Berlalu Kami Tetap Dipanggil Pengungsi.

Tanah Ladang Kami Mencari Sesuap Nasi Hanya Pinjaman.

Dan Kami Tak Mendapat Hati Yang Tulus Menerima.

 

Aku Indonesia Kita Indonesia 

Kami Bagian Yang Terucap Dalam Bhineka Tunggal Ika.

Aku Cinta Bangsaku, Aku Cinta Negeriku.

Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia.***

error: Content is protected !!