KUPANG, HN – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sudah mengumumkan empat kader internal yang disiapkan untuk maju di Pilgub NTT.
Empat kader itu diantaranya Herman Hery, Andreas Hugo Pareira, Emilia Julia Nomleni dan Ansy Lema.
Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Kupang, Ahmad Atang mengatakan, PDIP memiliki mekanisme untuk menentukan siapa dari 4 kader ini yang akan didorong.
“Karena semua partai menggunakan survei sebagai dasar untuk menentukan figur mana yang mau didorong,” ujar Ahmad Atang, Selasa 16 April 2024.
Sehingga, kata dia, para kader yang sudah diumumkan PDIP harus mensosialisasikan diri, agar ketika survei dilakukan, mereka bisa mendapat respon positif dari masyarakat.
“Dari 4 nama yang diusulkan PDIP sama-sama bagus. Tetapi pengalaman politik dan akses politik, Hugo Pareira dan Herman Hery sudah memiliki jam terbang yang cukup tinggi,” jelasnya.
Sedangkan Emi Nomleni merupakan kader PDIP yang selama ini kiprahnya lebih kepada politik tingkat lokal, dan Ansy Lema adalah figur yang militan dan ideologis.
Sebetulnya, kata Atang, jika melihat kiprah Ansy Lema sebagai politik untuk kepentingan NTT, maka dia cukup memberikan warna di DPR RI.
“Jadi ini harus kita hitung. Apakah warna yang ada itu perlu dipertahankan, atau digeser menjadi salah satu figur untuk maju di Pilgub NTT,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, kalaupun Ansy Lema maju di Pilgub NTT, maka tidak ada pilihan lain bagi dia, selain harus mundur dari DPR RI. “Pilihannya harus mundur,” terangnya.
Atang menyebut saat ini para caleg yang sudah lolos DPR RI dalam suasana kegamangan, antara mengambil posisi ikut Pilkada, atau pertahankan kursi yang sudah mereka dapat.
“Jadi kalau mereka mengambil sikap untuk maju di Pilkada, artinya dia harus lepaskan kursi DPR yang sudah diperoleh,” jelas Atang.
Sehingga, Atang menyarankan Ansy Lema untuk tetap berkiprah di Jakarta sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
“Kalau mau jujur, Ansy Lema kita biarkan saja di Jakarta untuk memberikan warna bagi kepentingan NTT. Toh dia adalah figur muda yang memiliki karir politik yang masih panjang,” jelasnya.
Sementara Emi Nomleni, Andreas Hugo Pareira dan Herman Hery biarkan mereka bersaing merebut pintu di PDIP untuk maju di Pilgub NTT.
Atang mengatakan, memang politik milenial saat ini sangat penting, tetapi PDIP harus bisa membagi peran para kadernya dengan baik. Karena tidak semua kader harus merebut peran yang sama.
“Jadi distribusi kader itu sangat penting. Karena bagi saya, kalau Ansy Lema kesini (maju Pilgub), maka kita kehilangan figur yang bisa perjuangkan NTT di pusat,” terangnya.
“Kalau dia kesini dan menang, berarti energi milenial itu kita harap bisa memberikan harapan besar untuk NTT. Tetapi kalau dia kalah, artinya kita kehilangan,” tambah Atang.
Sehingga Atang menyarankan agar Ansy Lema dibiarkan saja di Jakarta untuk memperkuat posisi perjuangan politik NTT di DPR RI.***