KUPANG, HN – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golkar Provinsi NTT resmi melaunching sekolah politik Golkar Academy, Kamis 2 Mei 2024 pagi.
Acara diawali dengan testimoni dari lima peserta Golkar Academy terkait rangkaian kegiatan yang mereka ikuti sejak hari pertama hingga penutupan.
Peluncuran Golkar Academy ditandai penekanan tombol oleh Sekretaris DPD I Golkar NTT, Liby Sinlaeloe, Ketua Golkar Academy NTT Acry Deodatus dan Sekretaris Golkar Academy NTT, Vinsen Bureni.
Sekretaris DPD I Golkar NTT, Liby Sinlaeloe mengatakan, Golkar Academy merupakan salah satu dari delapan program strategis yang dicanangkan sejak tahun 2020.
“Jadi program ini sudah terprogram dengan baik selama periode kepemimpinan Melki Laka Lena sebagai Ketua DPD I Golkar NTT,” ujar Liby Sinlaeloe.
Menurut dia, kegiatan ini diagendakan akan digelar secara reguler. Namun masih dipertimbangkan untuk dijalankan per bulan, tiga bulan atau empat bulan.
“Karena usulan dari peserta juga agar bisa digelar tiga bulan atau empat bulan sekali,” ungkap Liby Sinlaeloe.
DPD I Golkar NTT memang memiliki rencana jangka panjang, dimana akan menggunakan gedung Golkar yang berlokasi di Oebufu, Kota Kupang sebagai tempat pendidikan politik.
“Jadi ini mungkin baru langkah awal dan sambil pembenahan, maka saat ini kami masih lakukan pendidikan politik di Gedung Golkar ini,” jelasnya.
Dia menjelaskan, Golkar Academy kedepan tidak saja untuk kader Golkar, tetapi akan dibuka untuk masyarakat umum yang memang mau belajar tentang politik.
Liby Sinlaeloe berharap delapan program strategis yang sedang dijalankan di DPD I Golkar NTT dapat diadopsi dan diterapkan di masing-masing kabupaten/kota se NTT.
“Jadi apa yang sudah dilakukan di provinsi, mereka dapat adopsi dan replikasi di kabupaten masing-masing dengan melibatkan alumni dari Dikpol ini,” tandasnya.
Ketua Golkar Academy NTT, Acry Deodatus mengatakan, Partai Golkar sebenarnya sudah melakukan kaderisasi sejak tahun 1970 an.
“Sekarang, Golkar melanjutkan dengan pola dan sistem yang baru. Bahkan sekarang, bukan saja kader muda, tetapi juga para kader bertitel sarjana juga dilatih, didik dan diberikan ilmu yang cukup mendalam,” jelasnya.
Menurut Acry, para peserta Golkar Academy hanya diberikan materi dasar, selanjutnya mereka wajib memperdalam ilmu atau pengetahuan, sehingga mengetahui lebih banyak hal.
“Terlebih tentang leadership atau kepemimpinan. Jadi pemimpin itu haru betul-betul memperhatikan apa yang rakyat butuhkan,” ungkapnya.
Selain itu, para peserta dididik ditempah agar mereka mengetahui dan paham tentang politik secara baik. “Jadi mereka ini diajarkan mulai teori umum sampai teori yang praktis,” jelasnya.
Dia menyampaikan terima kasih untuk Pemkot Kupang dan DPRD NTT, yang sudah menerima peserta Golkar Academy saat melakukan kunjungan lapangan.
“Tentu dari hati yang mendalam saya sampaikan terima kasih. Artinya peserta ikut memperkaya pengetahuan tentang tugas dan fungsi DPRD,” tandasnya.
Ketua Bappilu Golkar NTT, Frans Sarong mengatakan, sekolah politik Golkar Academy sebetulnya turunan dari DPP Golkar.
“Dan di tingkat provinsi, baru pertama kali digelar di NTT, sehingga para peserta ini merupakan angkatan pertama,” jelasnya.
Mantan jurnalis Kompas ini menyebut peserta Golkar Academy tidak diharapkan mendapat karakter seperti para akademisi, tetapi cukup mempunyai wawasan yang mumpuni.
“Seperti piawai dalam mengkomunikasikan berbagai pesan politik sesuai harapan Golkar dan sesuai perosalan yang terjadi di lapangan, serta sesuai target yang diberikan,” jelasnya.
Menurut dia, para kader yang memiliki wawasan yang luas, tentunya punya kemampuan untuk menyampaikan berbagai pesan politik di tengah masyarakat.
“Jadi mereka harus punya kemampuan untuk menarasikan dan mengahdirkan Golkar melalaui delapan program strategis itu,” pumgkasnya.
Sekretaris Golkar Academy NTT, Vinsen Bureni merinci ada 30 peserta yang mengikuti sekolah politik di Golkar Academy NTT.
Menurut dia, ada sejumlah peserta yang dipulangkan, karena tidak serius mengikuti sekolah politik yang dilakukan DPD I Golkar NTT.
“Yang hanya datang hari pertama dan hari kedua, atau yang ikut setengah-setengah itu kita pulangkan. Karana kita mau serius jalankan program ini,” tegas Bureni.
Sehingga, kata Bureni, peserta yang tidak serius, dinilai tidak layak untuk mengikuti sekolah poltik, dan tidak berhak menerima sertifikat.
“Jadi mereka yang hanya mau main-main, tidak pantas diberikan sertifikat. Ada peserta yang datang di hari kedua, dan ada yang datang di hari pertama tetapi pulang karena ada urusan, kita langsung berhentikan,” ungkapnya.
Dia menyebut mereka membutuhkan orang atau kader yang mau serius dan setia, serta punya semangat dan antusias mengikuti sekolah politik di Golkar Academy.***