KUPANG, HN – Program Studi Gizi Kemenkes Poltekkes Kupang bekerja sama dengan Kelurahan Oeba mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat (Pengabmas) sebagai upaya pencegahan stunting pada anak usia dini.
Kegiatan yang berlangsung di Aula Kelurahan Oeba, Senin 27 Mei 2024 Mei ini diikuti oleh para guru Paud dan orangtua siswa.
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Tim Dosen dan mahasiswa yang memberikan penyuluhan mengenai pola asuh orangtua dan pemantauan perkembangan anak.
Ketua Tim Pengabmas, Juni Gressilda Louisa Sine, STP, M.Kes, yang akrab disapa Grace, menyampaikan bahwa ada 20 peserta guru dan wali siswa Paud yang hadir dalam kegiatan ini.
“Ada 20 peserta, baik guru dan wali siswa paud yang hadir di aula Kelurahan Oeba saat itu,” ujar Grace kepada awak media di Kupang.
Grace menjelaskan, tujuan utama kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran guru dan orangtua dalam mengasuh, membina, dan memberikan pendidikan yang baik kepada anak.
“Peran orangtua sangat penting dalam mencegah stunting, terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),” jelasnya.
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting, pencegahan dan penurunan stunting harus dilakukan secara holistik, integratif dan berkualitas melalui koordinasi, sinergi dan sinkronisasi di antara pemangku kepentingan.
“Jadi kelas parenting penting dilakukan di setiap sekolah untuk mengatasi masalah-masalah yang di alami anak selama ada di sekolah. Peran guru dan orangtua sangatlah penting,” ungkapnya.
Menurut dia, melalui kegiatan parenting yang dilakukan di sekolah menjadi stimulan bagi orangtua dan guru mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak selama ada di sekolah.
“Pendidikan bagi anak usia dini bisa berasal dari siapa saja dan dimana saja, tetapi yang terpenting di sini adalah peran orang tua yang merupakan guru utama dalam hidup seorang anak,” jelasnya.
Tumbuh kembang anak, kata dia, sangat dipengaruhi oleh orang, dimana segala aspek kehidupan anak mulai dari spiritual, sosial, mental, emosional, serta kesehatan yang dimiliki seorang anak mencerminkan bagaimana cara orang tua mengurus anaknya.
“Maka dari itu, edukasi mengenai pola asuh dan cara mendidik anak sangat perlu dipahami oleh setiap orang tua yang akan atau sudah memiliki anak,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, faktor utama anak memiliki resiko stunting berawal dari pola asuh orang tua yang minim pemahaman mengenai tumbuh kembang anak dan hanya memberikan gizi sekadarnya memicu stunting pada anak.
“Perlunya edukasi kepada orang tua untuk memahami pola asuh ideal dalam mendukung tumbuh kembang anak dirasa sangat penting untuk dilakukan,” ungkapnya.
Pemahaman mengenai pola asuh anak atau biasa disebut Parenting merupakan hal yang perlu diperhatikan setiap orang tua untuk mendukung tumbuh kembang anak secara mental dan emosional.
“Sebagai orang tua dituntut untuk bisa mengasuh anak mereka dengan pola asuh yang dipilih dengan bijak sesuai dengan kondisi anak untuk dapat mencapai tujuan Parenting itu sendiri,” terangnya.
Anggota Tim Pengabmas, Agustina Setia, SST, M.Kes, mengatakan, stunting masih menjadi masalah gizi serius di Indonesia, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Menurut Agustina, berdasarkan data Survei Kesehatan Indoensia (SKI) tahun 2023, menunjukan bahwa NTT menajdi provinsi kedua yang memiliki prevalensi stunting tertinggi kedua di Indonesia.
“Sehingga butuh kerja sama lintas sektor untuk mengatasi masalah stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur,” ungkapnya.
Plt. Lurah Oeba, Ibrahim H. Passoe, S.Sos, yang sangat mendukung kegiatan ini dan berharap agar bisa dilaksanakan secara berkelanjutan sebagai bentuk kerjasama dengan Prodi Gizi Kemenkes Poltekkes Kupang.
Setelah sesi pemaparan selesai dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Tak disangka banyak dari guru yang memiliki pertanyaan serta keresahan yang mereka rasakan.***