KUPANG, HN – Pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Johni Asadoma sepakat bahwa gaya yang ingin diangkat dalam Pilkada serentak 2024 adalah politik riang gembira ala Prabowo-Gibran.
Pernyataan itu selalu dilontarkan Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Golkar itu dalam setiap kesempatan. Baik itu diskusi maupun saat dearasi di Kota Kupang beberapa waktu lalu dan di Kota SoE, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Senin 16 September 2024
Buktinya, saat deklarasi di lapangan Puspenmas Kota SoE kemarin, para relawan, pendukung dan masyarakat umum tampak gembira. Mereka diajak terlibat dalam hajatan besar Paket dengan sandi politik Melki-Johni tersebut.
“Deklarasi kemarin itu kami lakukan dengan riang gembira. Fokus menyapa rakyat dan sampaikan ide untuk membangun NTT kedepan,” ujar Melki Laka Lena, Selasa 17 September 2024.
Melki menyebut, Pilkada merupakan pesta rakyat, sehingga harus dilakoni dengan riang gembira, tanpa politik identitas. Harus fokus pada program dan gagasan untuk Nusa Tenggara Timur.
“Saat Pilkada begini, aspek-aspek primordial kadang muncul. Itu hal yang biasa, tetapi saya harap agar kita di NTT mulai bisa melompati hal tersebut,” ungkap Melki Laka Lena.
Meski demikian, Melki menyebut politik identitas sudah tidak berlaku lagi. Karena, masyarakat sudah cerdas, dan akan memilih pemimpin berdasarkan rekam jejak dan program kerja yang ditawarkan untuk membangun Nusa Tenggara Timur.
“Karena kita juga sudah buktikan di Pemilu legislatif tingkat pusat kemarin, dimana daratan Timor, Sumba dan Flores tidak melihat isu primordial untuk menentukan pilihan mereka,” jelasnya.
Pada Pemilu Legislatif kemarin, kata dia, justru suara orang Timor yang membuatnya terpilih sebagai anggota DPR RI, dengan meraup suara terbesar di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
“Saya ucapkan terima kasih untuk warga daratan Timor mulai Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Belu dan Malaka yang memberikan saya suara hampir 80 ribu, dan suara terbanyak ada di TTS,” ungkapnya.
Melki menambahkan, hasil pemilu kemarin sebenarnya sudah membuktikan, bahwa masyarakat sudah cerdas menempatkan urusan suku, agama dan politik pada kamarnya masing-masing.
“Sehingga saya harap kita urus politik dengan logika politik. Kita simpan baik-baik urusan suku, agama dan politik di tempatnya,” pungkas Melki.***