KUPANG, HN – Timur Barat Research Center (TBRC) baru saja merilis hasil survei untuk tiga pasangan calon yang akan bertarung dalam kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTT 2024.
Ketiga pasangan calon itu diantaranya Yohanis Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto, Emanuel Melkiades Laka Lena-Johni Asadoma, dan Simon Petrus Kamlasi-Andre Garu.
Hasil survei yang dilakukan sejak tanggal 24 September hingga 6 Oktober 2024 itu menempatkan Paslon Melki-Johni di urutan pertama dengan angka mencapai 83,2 persen.
Sedangkan pasangan Yohanis Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto menempati urutan kedua dengan tingkat popularitas 70,6 persen.
Sementara pasangan Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu berada di urutan ketiga dengan tingkat popularitas 56,7 persen.
Direktur Eksekutif Timur Barat Research Center (TBRC) Johanes Romeo mengatakan, responden yang terpilih diambil dari populasi seluruh warga NTT yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilkada NTT.
“Jadi responden diambil dari DPT yang berjumlah 3.988.372 pemilih dengan syarat telah memiliki hak pilih, yaitu berusia 17 tahun ke atas,” ujar Johanes dalam keterangannya, Selasa 8 Oktober 2024.
Dia menyebut penelitian ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui preferensi politik masyarakat NTT jelang Pilkada.
“Dalam survei ini dilakukan TBRC, sampel yang diambil sebanyak 1.400 orang dengan menggunakan metode multistage,” jelasnya.
Survei ini, kata Johanes, memiliki toleransi kesalahan atau margin of error sekitar 2,62 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, dengan asumsi simpel random sampling.
Hasil temuan survei menunjukan sebanyak 70,2 persen masyarakat Nusa Tenggara Timur yang mengetahui akan diadakan Pilkada pada bulan November mendatang.
“Terkait popularitas atau keterkenalan pasangan calon, hasilnya menunjukan bahwa ketiganya cukup dikenal oleh masyarakat. Tetapi tingkat pengenalan tertinggi ada pada pasangan Melki-Johni,” terangnya.
Hasil survei yang sama, juga terungkap bahwa pasangan Melki Laka Lena dan Johni Asadoma adalah yang paling disukai masyarakat NTT.
“Karena sebanyak 88,7 persen responden menyatakan suka dan percaya bahwa pasangan ini mampu memimpin NTT dengan lebih baik,” terangnya.
Sementara itu, tingkat kesukaan masyarakat terhadap pasangan Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu mencapai 57,8 persen.
Dan pasangan Yohanis Fransiskus Lema dan Jane Natalia Suryanto mendapatkan tingkat kesukaan 54,6 persen.
Survei ini juga memetakan tingkat kesadaran dan pemilihan publik terhadap para calon melalui beberapa aspek.
Pertama, pada aspek Top of Mind atau Spontaneous Awareness, tingkat elektabilitas pasangan Melki Laka Lena dan Johni Asadoma mencapai 34,2 persen.
Sedangkan Yohanis Fransiskus Lema dan Jane Natalia Suryanto mencapai 27,4 persen, dan Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu mencapai 19,6 persen.
Responden yang tidak memilih tercatat sebesar 18,8 persen. Pada aspek Aided Awareness, dimana responden diberikan bantuan gambar dan nama ketiga pasangan calon di kartu suara, hasilnya menunjukkan bahwa pasangan Melki Laka Lena dan Johni Asadoma mencapai tingkat keterpilihan 40,8 persen.
Pasangan Yohanis Fransiskus Lema dan Jane Natalia Suryanto memperoleh 33,4 persen, sedangkan pasangan Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu mendapatkan 20,1 persen.
Responden yang tidak memilih berjumlah 5,7 persen. Selain itu, survei ini juga mengukur kemantapan responden dalam pilihan kepala daerah saat survei dibandingkan dengan pilihan di bilik suara.
Hasilnya menunjukkan 67,2 persen responden tidak akan mengubah pilihan mereka, sedangkan 27,6 persen menyatakan akan merubah pilihan setelah mengetahui visi dan misi pasangan calon saat kampanye.
Kemudian, sebanyak 5,2 persen responden memilih untuk tidak mengungkapkan pilihan mereka.
Dalam survei juga ditemukan sejumlah permasalahan yang menjadi keluhan masyarakat NTT, di mana 75,7 persen responden mengungkapkan bahwa mereka menghadapi isu-isu serius seperti kemiskinan, keterbatasan sarana prasarana dan infrastruktur transportasi, dan risiko kelaparan.
Selain itu, tingkat kesehatan yang rendah, serta sumber daya manusia yang kurang berkualitas, dan pertumbuhan ekonomi yang lambat. Ini tentu menjadi tantangan besar bagi kepala daerah NTT yang terpilih di masa mendatang. (TO-HN).***