KUPANG, HN – Bank NTT dipastikan akan menjadi anggota Kelompok Usaha Bank (KUB) yang di bentuk Bank Jawa Timur (Bank Jatim) atau BJTM.
Bank NTT menjadi BPD ke-5 yang berproses jadi anggota KUB, menyusul Bank NTB Syariah, Bank Lampung, Bank Banten dan Bank Sultra.
Bank Jatim sendiri akan bertindak sebagai bank induk untuk BPD lain diluar Provinsi Jawa Timur (Jatim), salah satunya adalah Bank NTT.
Saat ini, Bank NTT memiliki modal inti Rp2,3 triliun dan total aset Rp17,2 triliun. Hingga 30 Juni 2024, kredit yang disalurkan Bank NTT mencapai Rp12,5 triliun dengan NIM 6,13 persen.
Sehingga, Bank NTT menjadi BPD terbesar di antara empat anggota KUB Bank Jatim lainnya, seperti Bank NTB Syariah, Bank Lampung, Bank Banten, dan Bank Sultra.
Dilansir IDX Channel, Selasa 14 Januari 2025, setidaknya ada lima BPD yang sudah dan akan bergabung dalam KUB yang dibentuk oleh Bank Jatim.
Berikut kinerjanya hingga kuartal II-2024 yang dirangkum dari data Bank Jatim:
1. Bank NTB Syariah
Bank Jatim sudah masuk sebagai pengendali di Bank NTB Syariah per 9 Oktober 2024. BJTM melakukan penyertaan modal Rp100 miliar sehingga memperoleh kepemilikan saham 4,09 persen di Bank NTB Syariah.
Kehadiran Bank NTB Syariah dinilai krusial untuk pengembangan Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Jatim yang belakangan batal spin-off dari induk.
Hingga Juni 2024, modal inti Bank NTB Syariah baru Rp1,6 triliun dengan aset Rp15,8 triliun. Bank NTB Syariah menyalurkan kredit Rp10,5 triliun dengan Net Interest Margin (NIM) 5,32 persen. Kinerja bottom line NTB Syariah juga positif dengan laba bersih Rp112 miliar.
2. Bank Lampung
Pada 8 November 2024, Bank Jatim meneken shareholder agreement dengan Bank Lampung.
Dalam rangka pemenuhan modal inti minimum, BJTM mengalokasikan modal hingga Rp150 miliar untuk masuk sebagai pengendali Bank Lampung.
Kinerja Bank Lampung hingga kuartal II-2024 cukup positif dengan laba bersih sebesar Rp71 miliar. Modal inti Bank Lampung tercatat Rp1,2 triliun dengan aset mencapai Rp7 triliun.
3. Bank Banten
Bank Jatim juga menjalin komunikasi strategis dengan PT BPD Banten Tbk atau Bank Banten (BEKS) yang tengah berupaya memulihkan kinerjanya.
Hingga kuartal II-2024, kinerja bottom line Bank Banten sudah positif Rp4 miliar.
BJTM melihat Bank Banten memiliki prospek usai diambil alih oleh Pemprov Banten. Dengan aksi strategis itu, maka Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) pemda-pemda di Banten wajib disimpan di Bank Banten.
Pemegang saham BEKS sendiri telah menyetujui masuknya Bank Jatim sebagai pengendali.
Untuk tahap awal, Bank Jatim akan menggelontorkan Rp50 miliar. Namun, kerja sama akan diperluas dengan Bank Banten sehingga total dana yang disiapkan mencapai Rp100 miliar.
4. Bank Sultra
BPD Sulawesi Utara (Bank Sultra) menjadi bank baru incaran Bank Jatim untuk masuk ekosistem KUB.
Manajemen telah menjadwalkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk meminta restu injeksi modal sebesar Rp100 miliar ke Bank Sultra.
Hingga 30 Juni 2024, modal inti Bank Sultra mencapai Rp1,7 triliun dengan aset Rp12,5 triliun.
Bank Sultra menjadi BPD paling efisien dan profitable di antara BPD-BPD lainnya dengan Return on Equity (ROE) 22,75 persen dan NIM 7,91 persen. Hal ini menjadikan laba bersihnya terbesar hingga Rp213 miliar.
5. Bank NTT
Di samping Bank Sultra, Bank NTT juga dibidik untuk menjadi anggota KUB bentukan Bank Jatim.
RUPSLB yang digelar BJTM pada 11 Desember 2024 juga akan meminta persetujuan pemegang saham untuk melakukan penyertaan modal antara Rp50-Rp100 miliar.
Bank NTT menjadi BPD terbesar di antara lima BPD lain yang masuk ekosistem KUB Bank Jatim. Bank NTT memiliki modal inti Rp2,3 triliun dengan aset Rp17,2 triliun.
Hingga 30 Juni 2024, kredit yang disalurkan Bank NTT mencapai Rp12,5 triliun dengan NIM 6,13 persen.***